Sejumlah petani kopi di wilayah Ledug, kecamatan Prigen kabupaten Pasuruan sedang Gundah. Itu terjadi karena produksi kopi pada musim panen kali ini menurun. Hujan yang berkepanjangan menjadi penyebab turunnya produksi kopi.
Petani kopi kian kelimpungan karena anjloknya produksi kopi diikuti dengan jebloknya harga komoditas tersebut. Harga biji kopi dipasaran cenderung turun seiring dengan turunnya harga kopi dunia.
"Kami tidak bisa mengendalikan harga. Sebab, harga kopi ini sangat bergantung pada harga kopi dunia. Dan, sekarang harganya cenderung turun," terang Abdul Karim, pengurus DPP Asosiasi Petani Kopi Indonesia Jatim, kemarin.
Menurut dia, penurunan produksi kopi sejatinya diprediksi sejak awal. Anomali cuaca yang terjadi beberapa waktu lalumengakibatkan anjloknya produksi kopi. Dia mengkalkulasi produksi kopi dikawasan Ledug berkisar 60 % atau turun lebih dari 40 %. Jika secara normalkopi bisa dipanen 1 ton, kini petani hanya bisa panen 6 kuintal.
Dia menuturkan bahwa satu pohon kopi biasanya mampu memproduksi 3-5 kg. Namun, saat ini produksi hanya 2-3 kg. Yang lebih memprihatinkan, menurut Karim, ditengah turunnya produktivitas kopi tahun ini harga kopi anjlok. Penurunan harga mencapai 14 %.
Misalnya harga kopi jenis arabika sebelumnya berkisar Rp 27 ribu hingga Rp 30 ribu per kg. Tetapi saat ini harganya hanya Rp 21 ribu per kg. Untuk kopi jenis Robusta harga normalnya Rp 22 ribu per kg. Taapi, beberapa hari terakhir harga berkisar Rp 17 ribu - Rp 18 ribu.
"Kami sebenarnya berharap penurunan produksi kopi ini diimbangi dengan kenaikan harga. Tapi, kopi malah turun. Semoga kondisi ini tak berlangsung lama, harapnya."
Sumber : Jawa Pos edisi Jum'at 30 Agustus 2013.
Jumat, 30 Agustus 2013
Selasa, 25 Juni 2013
Penyakit Viral Ayam
Newcastle Disease ( ND )
Penyebab : RNA virus genus Rubula virus strain Avian paramyxovirus
Sifat Virus
Masa inkubasi : 2 - 15 hari, rata - rata : 5 - 6 hari
Morbiditas : 100 %
Mortalitas : 90 - 100 % ( fase starter ), 30 - 50 % ( fase grower ), tidak ada kematian ( fase layer ).
Klasifikasi Newcastle Disease
1. Berdasarkan sifat keganasan ( pathogenicity )
2. Berdasarkan gejala klinis dan patologi anatomi
1. Terapi Causatif ( penyebab )
Infectious Laryngo Tracheitis ( ILT )
Penyebab : Herpes virus grup A, famili Herpesvirus sub famili Alphaherpesviridae.
Sifat Virus
Masa inkubasi : 6 - 12 hari.
Morbiditas : 90 - 100 %.
Mortalitas : 0- 40 %.
1. Terapi Causatif ( penyebab )
Penyebab : Birna virus, tidak beramplop sehingga memiliki kestabilan tinggi dan tahan terhadap beberapa bahan kimia, pada suhu kamar tahan sampai ± 8-10 bulan.
Sifat Virus
Gumboro hanya terjadi pada ayam muda ( ± 3-8 minggu ) atau selama Bursal Fabrisius ( BF ) masih terdapat pada ayam. Penyakit ini menyebabkan Immunosupresi yaitu penurunan tingkat kekebalan.
Masa Inkubasi : 18 - 36 jam
Morbiditas : 80 - 100 % ( layer ), 50 - 100 % ( Broiler )
Mortalitas : 10 - 30 % ( layer ), 5 - 20 % ( broiler )
Gejala Klinis
1. Terapi Causatif
Penyebab : RNA virus genus Coronavirus, memiliki beberapa srotype dan yang terkenal adalah :
Virus ini terutama menyerang saluran pernafasan dan saluran reproduksi, tetapi ada beberapa strain yang menyebabkan nephropatic ( kerusakan ginjal ) terutama pada ayam broiler.
Masa Inkubasi : 36 - 48 jam
Morbiditas : 100 %
Mortalitas : Broiler 30 %, Layer 0 %.
Gejala Klinis
Fase Starter
Bila tidak di vaksin IB
Fase Layer
1. Terapi Causatif ( Penyebab )
EGG DROP SYNDROME
Penyebab : Group III Avian Adenovirus, Genus Atadenovirus, Famili Adenoviridae.
Sifat Virus
Masa Inkubasi : 7 - 9 hari
Morbiditas : 80% - 100%
Mortalitas : 1% - 2%
Gejala Klinis
Penyebab : RNA virus genus Rubula virus strain Avian paramyxovirus
Sifat Virus
- Mudah mati terhadap sinar UV ( Ultraviolet ) / sinar matahari, pemanasan pada suhu 56o C selama 3 jam atau pada suhu 60oC selama 30 menit.
- Bahan - bahan kimia : virus sensitif terhadap larutan eter, virus mati terhadap larutan formalin, virus mati terhadap larutan phenol.
- Virus mati denngan pH asam
- Virus ini memiliki amplop dan tidak bersegmen sehingga mudah dalam desinfeksi.
- Mempunyai kemampuan mengaglutinasi sel darah merah.
Masa inkubasi : 2 - 15 hari, rata - rata : 5 - 6 hari
Morbiditas : 100 %
Mortalitas : 90 - 100 % ( fase starter ), 30 - 50 % ( fase grower ), tidak ada kematian ( fase layer ).
Klasifikasi Newcastle Disease
1. Berdasarkan sifat keganasan ( pathogenicity )
- Lentogenic, memiliki sifat virulensi paling rendah. Yang termasuk strain ini adalah : F strain, B1 strain, dan Lasota strain.
- Mesogenic, memiliki sifat virulensi menengah. Yang termasuk strain ini adalah : Mukteswar strain, Hartfordshire ( H ) dan Komarov ( K ) strain, dan Roakin strain.
- Velogenic, memiliki sifat virulensi paling tinggi ( keganasan tertinggi ), Yang termasuk strain ini adalah : GB strain, Hearts strain dan ITA strain.
2. Berdasarkan gejala klinis dan patologi anatomi
- Bentuk Doyle, menyerang secara akut, menyebabkan kematian di semua umur, lesi hemoragie pada saluran pencernaan dan dikenal dengan Velogenic Viscerotropic Newcastle Disease ( VVND ).
- Bentuk Beach, menyerang secara akut, seringkali menyebabkan kematian pada semua umur, gejala klinis terlihat pada saluran pernafasan dan saraf dan dikenal dengan Neurotropic Velogenic Newcastle Disease.
- Bentuk Beaudette, kematian hanya terjadi bila menyerang starter - grower, gejala klinis mirip bentuk beach ( pada saluran pernafasan dan saraf ).
- Bentuk Hitchner, disebabkan oleh virus Lentogenic atau penggunaan vaksin live, gejala klinis yaitu adanya gangguan respirasi ringan.
- Bentuk Asymtomatic - Enteric ( tidak ada gejala klinis pada saluran pencernaan ).
- Kotoran hijau
- Adanya lacrimasi ( air mata berlebih ) pada mata karena adanya iritasi yang ditimbulkan oleh virus ( mirip ILT ).
- Tremor ( ayam membuat gerakan mematuk berulang kali )
- Ngorok ( lebih mudah diamati pada malam hari ), pengobatan dengan antibiotika tidak menunjukkan tanda membaik
- Penurunan produksi telur di semua umur produksi ( mirip IB )
- Penurunan kualitas telur : Bentuk abnormal, Kerabang telur tidak beraturan, tipis kasar dan berwarna pucat, Putih telur normal, Blood spot ( bintik darah ) pada kuning telur
- Tortikolis / menggelengkan kepala terus - menerus.( jarang terjadi jika program vaksin normal / standar)
- Kematian tinggi pada fase starter ( 50 - 100 % ), fase Grower kematian moderate sampai 50 %.
- Trachea hemoragie.
- Ptechie pada proventrikulus ( seperti tapal kuda ).
- Nekrosis di usus sebesar biji kacang bisa ditemukan 1 - 3 buah.
1. Terapi Causatif ( penyebab )
- Lakukan revak ND Clone dengan aplikasi tetes mulut / tetes mata / air minum.
- Dua minggu setelah revak ND Clone, ayam bisa divaksin lagi dengan ND Clone atau ND Lasotauntuk menguatkan titer antibodi.
- Apabila ada infeksi sekunder, maka lakukan Revak ND dulu baru infeksi sekunder ditangani.
- Berikan vitamin dosis tinggi sampai Intake pakan Normal.
- Tambahkan air gula 5 - 10 % untuk mengganti energi sampai kematian turun.
- Berikan elektrolit sampai intake pakan normal.
Infectious Laryngo Tracheitis ( ILT )
Penyebab : Herpes virus grup A, famili Herpesvirus sub famili Alphaherpesviridae.
Sifat Virus
- Mudah mati terhadap : Sinar UV ( sinar matahari ), pemanasan pada suhu 55oC selama 10 - 15 menit, pemanasan pada suhu 35oC selama 48 jam. ( Bila virus ada di trachea pada bangkai ayam, maka : virus mati pada pemanasan suhu 37oC selama 44 jam atau virus mati pada pemanasan suhu 13 - 23oC selama 10 hari. ).
- Bahan - bahan kimia : Virus mati terhadap larutan kresol ( Lysol ) 3 %, Virus mati terhadap larutan soda api 1 % ( virus mati kurang dari 1 menit ).
- Dibawah suhu 0oC mampu bertahan hidupdan tetap infektif diluar tubuhinduk semang.
- Virus ILT akan tetap hidup didalam tubuh ayam yang sudah sembuh dari infeksi, hal ini ditandai dengan adanya perkejuan yang mengeras disekitar mata. Ayam yang seperti ini bisa menjadi sumber penularan seumur hidup ( ayam carrier ).
Masa inkubasi : 6 - 12 hari.
Morbiditas : 90 - 100 %.
Mortalitas : 0- 40 %.
- Semakin muda umur ayam yang terserang, maka mortalitas akan semakin tinggi.
- Semakin muda umur ayam yang divaksin, maka semakin tinggi reaksi post vaksinal.
- Untuk ayam yang tidak pernah divaksin ILT, angka mortalitasnya semakin tinggi ( 20% - 40% ), sedangkan untuk ayam yang sudah pernah divaksin, angka mortalitasnya rendah ( 0 - 10 % ).
- Proses kematian bisa dimulai pada saat usia starter dan kadang - kadang diakhiri pada saat usia layer tua.
- Sebagian besar kematian terjadi karena kesulitan bernafas ( seperti tercekik ) karena adanya pseudomembrane ( penyumbatan berupa keju didaerah laring ).
- Conjungtivitis ringan ( pada fase ini peternak tidak pernah tahu ).
- Conjungtivitis ( mbrebes / berbusa / bengkak merah ) pada sebelah mata ( asimetris).
- Batuk ( bunyi cekuuok ).
- Pilek ( lendir bau amis ).
- Adanya perkejuan yang mengeras disekitar mata.
- Terjadi penurunan produksi telur pada ayam Ras 10% - 40% ( jika tidak pernah vaksin ILT ) dan penurunan 2% - 10% ( jika pernah vaksin ILT ).
- Kebanyakan peternak kecil hanya tahu produksi turun ( butiran telur berkurang dari jumlah sebelumnya ), tetapi tidak tahu produksi jelek ( produksi dibawah standar ).
- Pada layer, ayam menjadi kurus dan berat badan turun.
- Laring tersumbat oleh perkejuan.
- Radang pada trachea ( tracheitis ), bila lendir dipelurut akan berwarna merah.
- Pada kasus kronis kulit menyatu dengan tulang dada ( kurus ).
- Ovarium berkembang tidak sempurna.
1. Terapi Causatif ( penyebab )
- Ayam belum vaksin : bila ayam muda penyakit masih stadium awal, sebaiknya dilakukan vaksinasi dari ayam yang terinfeksi paling ringan ke ayam yang terinfeksi paling berat. Berikan desinfektan lewat air minum sepanjang hari sampai kasus selesai.
- Ayam sudah vaksin ( terlambat vaksin ) : vaksin tidak perlu diulang, terapi yang dilakukan hanya terapi supportif. Berikan desinfektan lewat air minum sepanjang hari sampai kasus selesai.
- Ayam belum vaksin : antibiotika wajib diberikan ketika ayam mulai mbrebes ( biasanya mulai hari ke-10 post vaksin ). Antibiotika yang diberikan adalah antibiotika broad spectrum yang diberikan minimal 3 hari secara berurutan untuk mencegah / mengobati infeksi sekunder. Antibiotika ini diberikan pada pagi hari dan siang hari diberikan vitamin dosis tinggi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
- Ayam sudah divaksin : Antibiotika yang diberikan adalah antibiotika broad spectrum yang diberikan minimal 3 hari secara berurutan untuk mengurangi reaksi post vaksinal dan mengobati infeksi sekunder dan antibiotika ini diberikan mulai hari ke-10. Antibiotika diberikan pada pagi hari dan pastikan bahwa antibiotika ini masuk kedalam tubuh ayam ( karena nafsu minum berkurang ).
- Ayam belum vaksin : setelah vaksinasi baerikan vitamin dosis tinggi + air gula sampai kasus selesai ( ± 1-2 bulan ).
-
Ayam sudah di vaksin ( terlambat vaksin ) : berikan vitamin dosis tinggi + air gula sampai kasus selesai ( ± 1-2 bulan ).
Penyebab : Birna virus, tidak beramplop sehingga memiliki kestabilan tinggi dan tahan terhadap beberapa bahan kimia, pada suhu kamar tahan sampai ± 8-10 bulan.
Sifat Virus
- Mudah mati terhadap : sinar UV ( matahari ), pemanasan pada suhu 56oC selama minimal 5 jam atau pada pemanasan dengan suhu 70oC selama 30 menit.
- Ketahanan virus terhadap bahan kimia :
- Virus tetap hidup terhadap desinfektan : Larutan Eter, larutan Kloroform, larutan Phenol 0.5% pada suhu 30oC selama 1 jam.
- Virus mati terhadap desinfektan : larutan Formaldehyde, larutan Iodine ( yodium ), larutan Kresol.
- Pengaruh pH terhadap ketahanan virus Gumboro : virus mati pada pH >12 ( diatas 12 ) dan virus hidup pada pH 2 - pH 12.
Gumboro hanya terjadi pada ayam muda ( ± 3-8 minggu ) atau selama Bursal Fabrisius ( BF ) masih terdapat pada ayam. Penyakit ini menyebabkan Immunosupresi yaitu penurunan tingkat kekebalan.
Masa Inkubasi : 18 - 36 jam
Morbiditas : 80 - 100 % ( layer ), 50 - 100 % ( Broiler )
Mortalitas : 10 - 30 % ( layer ), 5 - 20 % ( broiler )
Gejala Klinis
- Suhu tubuh tinggi 44oC / 111oF sehingga ayam mengalami tremor ( badan gemetar ).
- Ayam kelihatan mengantuk,biasanya terlihat dipojok kandang ( mirip Coccidiosis ).
- Diare putih seperti pasta karena adanya asam urat yang keluar dari ginjal.
- Sayap menggantung ( mirip Coccidiosis ).
- Kematian tinggi selama 7 hari
- Hemoragie terutama pada otot paha dan otot dada ( mirip Malaria dan AI .
- Ptechie diperbatasan proventriculus dan ventriculus ( mirip AI ).
- Bursa fabrisius bengkak ( 2 - 3x ukuran normal ) dan hemoragie ( mirip AI ).
- Terjadi pembengkakan pada ginjal dan dijumpai lesi - lesi warna putih karena penimbunan asam urat.
- Ditemukan uretes ( asam urat ) disaluran ureter.
- 7 hari setelah infeksi Bursa fabrisius ( BF ) mengalami atropi ( mengecil), yaitu berukuran 1/4 - 1/2 dari ukuran normal, selanjutnya BF mengecil dan selama hidup akan digantikan dengan tymus.
- Bursa bengkak belum tentu terinfeksi Gumboro, bisa karena reaksi post vaksinal dari vaksin Gumboro hot.
1. Terapi Causatif
- Jangan melakukan vaksin apapun ketika penyakit sedang berjalan ( ± 7 hari ).
- Jangan melakukan vaksinasi Gumboro setelah kasus selesai meskipun sejarah ayam tsb belum pernah divaksin Gumboro karena kekebalan dari infeksi alam sudah bisa melindungi sampai umur 8 minggu.
- Setelah 7 hari lakukan vaksinasi ND dengan menggunakan ND Clone
- Hentikan pemakaian antibiotika pada saat penyakit sedang jalan.( karena akan memperberat kerja ginjal sehingga akan memperbanyak kematian pada populasi.
- Berikan Diuretika ( Obat Gumboro ), tujuannya adalah meluruhkan asam urat yang menumpuk di ginjal. Sedangkan lama pemberian diuretika adalah 3 - 7 hari.
- Berikan vitamin dosis tinggi dan vitamin elektrolit.
- Berikan larutan air gula 5% - 10%.
Penyebab : RNA virus genus Coronavirus, memiliki beberapa srotype dan yang terkenal adalah :
- Massachusetts
- Connecticut
- Holland
- Mudah mati terhadap : Sinar UV ( sinar matahari ), Pemanasan pada suhu 56oC selama 15 menit atau pada pemanasan 45oC selama 90 menit.
- Bahan - bahan kimia : Virus mudah mati pada semua jenis desinfektan, Virus mati terhadap larutan 0.1% Beta Propiolactone ( BPL ), Virus mati terhadap larutan 0.1% Formalin.
- Mempunyai kemampuan mengaglutinasi ( menggumpalkan ) sel darah merah.
Virus ini terutama menyerang saluran pernafasan dan saluran reproduksi, tetapi ada beberapa strain yang menyebabkan nephropatic ( kerusakan ginjal ) terutama pada ayam broiler.
Masa Inkubasi : 36 - 48 jam
Morbiditas : 100 %
Mortalitas : Broiler 30 %, Layer 0 %.
Gejala Klinis
Fase Starter
- Sering ditemukan pada Broiler.
- Gangguan pernafasan hebat seperti batuk, bersin dan nafas terengah - engah ( mirip ILT ).
- Hidung mengeluarkan cairan berlendir sampai pembengkakan sinus ( mirip Coryza ).
- Lesu, sering bergerombol dibawah pemanas.
- Nafsu makan turun, yang akan diikuti turunnya berat badan.
- Kematian tinggi ( infeksi sekunder dan nephropatic )
- Pada fase starter layer, gejala ini jarang terjadi.
Bila tidak di vaksin IB
- Bersin dan keluar air mata merupakan gejala awal.
- Mata berair ( mirip ILT )
- Hidung mengeluarkan cairan berlendir sampai pembengkakan sinus.
- Batuk dan penyumbatan pada hidung sehingga nafas terengah - engah.
Fase Layer
- Nafsu makan normal.
- Pertambahan berat badan 5 % - 20 % karena ayam tidak bertelur tetapi intake pakan normal.
- Hanya menyerang puncak produksi.
- Penurunan produksi telur sampai 20 % - 50 %.
- Penurunan kualitas telur : Bentuk telur abnormal, Kerabang telur tidak beraturan ( tipis, kasar, dan berwarna pucat ), Putih telur tidak berselaput ( tidak bisa dibedakan antara yang kental dan encer ), Blod spot ( bintik merah ) di kuning telur, Pada breeding kualitas daya tetas telur menurun.
- Radang ringan pada trachea dan bronchiolus ( percabangan trachea ).
- Pada broiler yang diserang IB nephropatic : Terjadi keradangan pada ginjal, Terjadi pembesaran ginjal karena deposit asam urat ( mirip Gumboro ), ditemukan kristal asam urat di ureter.
- Ovarium tidak berkembang sempurna ( bakal telur tidak matang berurutan ).
- Bakal kuning telur atau ovarium berukuran abnormal ( tidak ada yang masak ).
- Perdarahan pada ovarium.
- Gangguan perkembangan oviduct ( Infundibulum, magnum dan ismus ).
1. Terapi Causatif ( Penyebab )
- Bila terdiagnosa IB tanpa penyakit lain, lakukan revak IB dengan strain selain Massachusetts.
- Pengurangan Kualitas pakan.
- Vitamin dosis tinggi bisa diberikan sampai kondisi telur kembali normal.
EGG DROP SYNDROME
Penyebab : Group III Avian Adenovirus, Genus Atadenovirus, Famili Adenoviridae.
Sifat Virus
- Virus mudah mati terhadap : Sinar UV, Pemanasan pada suhu 56oC selama 3 jam serta pada suhu 60oC selama 30 menit, Bahan - bahan kimia 0.5% Formaldehyde, 0.5% Glutaraldehyde, tetapi stabil pada larutan Choloroform.
- Virus stabil pada pH 3 - 10
- Virus melakukan replikasi ( memperbanyak diri ) di sel epitel infundibulum, ismus, ginjal dan mukosa hidung.
Masa Inkubasi : 7 - 9 hari
Morbiditas : 80% - 100%
Mortalitas : 1% - 2%
Gejala Klinis
- Tanda awal adalah hilangnya pigmen warna pada telur yang kemudian dengan cepat diikuti oleh kerabang lunak dan terakhir telur tanpa kerabang ( hampir 50% ).
- Yang sering dijumpai adalah telur dengan kerabang tipis, dimana kerabangnya bertekstur seperti pasir dan lunak yang dikenal dengan nama "a sand paper" ( hampir 50% ).
- Terjadi penurunan produksi telur 20% - 40%.
- Kasus EDS biasanya berlangsung sekitar 4 minggu.
- Produksi telur mulaai membaik ( bentuk dan jumlah telur ) pada minggu ke-3.
- Produksi tidak bisa kembali normal berdasarkan standar ( hanya mendekati standar ).
- Konsumsi pakan normal.
Senin, 24 Juni 2013
AFLATOKSIN PADA AYAM PETELUR
Penyebab
Jamur ini akan mudah tumbuh pada kondisi :
Penularan
1. Sumber Penularan
~ Bahan baku pakan yang terkontaminasi aflatoksin
2. Proses berpindahnya aflatoksin ke tubuh ayam
~ Pakan ayam yang terkontaminasi termakan oleh ayam sehat
~ Toksin yang terhirup oleh ayam sehat
Gejala Klinis
1. Terapi Causatif ( penyebab )
Sumber : Diskusi penyakit pada tanggal 23 April 2013 di Satwa Unggul oleh Drh. Sri Yunani Wijayanti.
- Aspergillus flavus
- Menghasilkan metabolit sekunder berupa aflatoksin
- Aflatoksin ini bersifat immunosupressant
- Aflatoksin memiliki 4 jenis ( B1 - B2 - G1 - G2 )
- Jenis B1 yang paling toxigenik dan karsinogenik
- Aflatoksin ini sering mengkontaminasi bahan baku pakan ( jagung, gandum, bekatul, bungkil kedelai (BKK), corn gluten meal, DDGS )
- Kadar minimal aflatoksin 50 ppb dalam bahan baku pakan ( 1 ppm setara dengan 1000 ppb )
Jamur ini akan mudah tumbuh pada kondisi :
- Kadar air 14 % atau lebih dalam bahan baku pakan
- Suhu berkisar 20 - 30oC
- Kelembaban relatif tinggi diatas 80 %
- Kondisi penyimpanan yang buruk
- Aflatoksin dimetabolisme di hati
- Morbiditas : 100 %
- Mortalitas : 25 - 50 %
Penularan
1. Sumber Penularan
~ Bahan baku pakan yang terkontaminasi aflatoksin
2. Proses berpindahnya aflatoksin ke tubuh ayam
~ Pakan ayam yang terkontaminasi termakan oleh ayam sehat
~ Toksin yang terhirup oleh ayam sehat
Gejala Klinis
- Kesulitan bernafas ( ayam ter-engah2 )
- Kehilangan nafsu makan
- Paralisa
- Penurunan produksi telur ( kualitatif dan kuantitatif )
- Hati bengkak ( banyak dikelilingi lemak ) dan pucat
- Ulcerasi pada ventrikulus
- Tuberkel pada hati berwarna abu - abu kehijauan
- Nodul kaseus di paru - paru
- Limpa dan pankreas membesar
1. Terapi Causatif ( penyebab )
- Membuang ransum yang terkontaminasi jamur dengan konsentrasi tinggi, mengingat mikotoksin ini sifatnya sangat stabil.
- Penambahan toxin binder ( pengikat mikotoksin ) seperti zeolit, bentonit, hydrate sodium calcium aluminosilicate ( HSCAS ) atau ekstrak dinding sel jamur. Antioksidan, seperti butyrated hidroxy toluene ( BHT ).
- Mold inhibitor ( penghambat pertumbuhan jamur ), seperti asam organik atau garam dari asam organik tersebut. Asam Propionat merupakan mold inhibitors yang sering digunakan
- Suplementasi vitamin, terutama vitamin larut lemak ( A, D, E, K ), asam amino ( metionin dan penilanin ) maupun meningkatkan kadar protein dan lemak dalam ransum.
Sumber : Diskusi penyakit pada tanggal 23 April 2013 di Satwa Unggul oleh Drh. Sri Yunani Wijayanti.
Selasa, 11 Juni 2013
SEKILAS TENTANG TELUR
Telur terdiri dari :
- 10 % Kerabang telur
- 59 % Putih telur
- 31 % Kuning telur
Kuning telur mengandung : 13 % protein, 12 % lemak, multivitamin, asam amino dan mineral
Putih telur mengandung : 5 jenis protein dan karbohidrat
Pencapaian produksi telur : Kuantitas / jumlah produksi ( Hen Day )
Ayam mulai produksi umur 17 - 18 minggu ( awal produksi telur mencapai 5 % ), dalam kurun waktu +/- 2 bulan atau 25 minggu bisa mencapai 95 %. Masa puncak biasanya 5 minggu lalu akan turun. Setelah puncak akan mengalami penurunan sedikit demi ssedikit sebanyak 52 - 62 minggu. Laju penurunan produksi telur secara normal 0.4 - 0.5 % per minggu. Pada saat ayam berumur 80 minggu, jumlah produksi telah berada dibawah angka 70 % dan ayam siap afkir.
Kualitas telur bagian dalam ( kekentalan putih dan kuning, warna kuning tersebut ada didalamnya bintik pada putih / kuning telur tersebut ). Sedangkan kualitas bagian luar telur terletak pada bentuk ukuran dan warna kerabang. Berikut ciri - ciri telur ayam komersial yang NORMAL :
- Cokelat terang
- Kerabang telur tebal
- Berat 55 - 65 gram
- Putih telur kental
- Tidak ada Blood spot ( Bintik Darah )
Demikian sekilas tentang telur ayam ras, semoga bisa bermanfaat bagi pembaca yang budiman sekalian.....
Sumber : Materi training oleh tim kesehatan Satwa Unggul pada 7 Mei 2012 di Blitar - Jawa Timur
Sabtu, 08 Juni 2013
Ini adalah LOGO sebuah toko P.S ( Poultry Shop ) tempat saya bekerja saat ini di kawasan Blitar. Toko ini melayani jasa konsultasi kesehatan ayam serta vaksinasi dan berbagai macam sentrat ayam, obat dan vaksin. Ga' perlu disebut yaa nAma P.S-nya....... hihihi.. cukup dulu dah.... sekedar intermezzo...hehehe
Jumat, 07 Juni 2013
Ganti profesi di Bidang peternakan ayam petelur... sudah 1 tahun 4 bulan berkecimpeng didalamnya sebagai Konsultan kesehatan dan Sales penjualan.... semoga bisa bertahan dan semakin menyenangkan meski Jauh dari harapan.....
#Maaf yaa buat pembaca yang budiman... telah lama Off... mudah2n nanti bisa posting lagi tentang ilmu2 yang bermanfaat meskipun bukan Pertanian.... :)
Jum'at, 28 Rojab 1434 H / 7 Juni 2013
#Maaf yaa buat pembaca yang budiman... telah lama Off... mudah2n nanti bisa posting lagi tentang ilmu2 yang bermanfaat meskipun bukan Pertanian.... :)
Jum'at, 28 Rojab 1434 H / 7 Juni 2013
Langganan:
Postingan (Atom)