- Aspergillus flavus
- Menghasilkan metabolit sekunder berupa aflatoksin
- Aflatoksin ini bersifat immunosupressant
- Aflatoksin memiliki 4 jenis ( B1 - B2 - G1 - G2 )
- Jenis B1 yang paling toxigenik dan karsinogenik
- Aflatoksin ini sering mengkontaminasi bahan baku pakan ( jagung, gandum, bekatul, bungkil kedelai (BKK), corn gluten meal, DDGS )
- Kadar minimal aflatoksin 50 ppb dalam bahan baku pakan ( 1 ppm setara dengan 1000 ppb )
Jamur ini akan mudah tumbuh pada kondisi :
- Kadar air 14 % atau lebih dalam bahan baku pakan
- Suhu berkisar 20 - 30oC
- Kelembaban relatif tinggi diatas 80 %
- Kondisi penyimpanan yang buruk
- Aflatoksin dimetabolisme di hati
- Morbiditas : 100 %
- Mortalitas : 25 - 50 %
Penularan
1. Sumber Penularan
~ Bahan baku pakan yang terkontaminasi aflatoksin
2. Proses berpindahnya aflatoksin ke tubuh ayam
~ Pakan ayam yang terkontaminasi termakan oleh ayam sehat
~ Toksin yang terhirup oleh ayam sehat
Gejala Klinis
- Kesulitan bernafas ( ayam ter-engah2 )
- Kehilangan nafsu makan
- Paralisa
- Penurunan produksi telur ( kualitatif dan kuantitatif )
- Hati bengkak ( banyak dikelilingi lemak ) dan pucat
- Ulcerasi pada ventrikulus
- Tuberkel pada hati berwarna abu - abu kehijauan
- Nodul kaseus di paru - paru
- Limpa dan pankreas membesar
1. Terapi Causatif ( penyebab )
- Membuang ransum yang terkontaminasi jamur dengan konsentrasi tinggi, mengingat mikotoksin ini sifatnya sangat stabil.
- Penambahan toxin binder ( pengikat mikotoksin ) seperti zeolit, bentonit, hydrate sodium calcium aluminosilicate ( HSCAS ) atau ekstrak dinding sel jamur. Antioksidan, seperti butyrated hidroxy toluene ( BHT ).
- Mold inhibitor ( penghambat pertumbuhan jamur ), seperti asam organik atau garam dari asam organik tersebut. Asam Propionat merupakan mold inhibitors yang sering digunakan
- Suplementasi vitamin, terutama vitamin larut lemak ( A, D, E, K ), asam amino ( metionin dan penilanin ) maupun meningkatkan kadar protein dan lemak dalam ransum.
Sumber : Diskusi penyakit pada tanggal 23 April 2013 di Satwa Unggul oleh Drh. Sri Yunani Wijayanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar