Yahmadi ( 2007 : 162 – 164 ) menyatakan pengaruh hujan terhadap pertumbuhan fase generatif tanaman kopi adalah :
a. Pengaruh hujan terhadap pertumbuhan vegetatif
Pertumbuhan vegetatif yang paling aktif terjadi dalam pertengahan pertama musim hujan, kemudian berangsur – angsur berkurang hingga mencapai tingkat minimum dalam pertengahan kedua musim kemarau. Dalam musim hujan, cabang primer membentuk satu ruas baru dalam 3 – 4 minggu, sedang dalam musim kemarau 6 – 8 minggu atau lebih.
b. Pengaruh hujan terhadap florasi
Primordia bunga yang terbentuk akan tumbuh dan kemudian memasuki masa dorman setelah panjangnya 8 – 12 mm ( stadium lilin ). Untuk mematahkan dormansi tersebut diperlukan curah hujan minimal 3 – 4 mm. Kira – kira 7 – 10 hari setelah turun hujan, bunga tersebut akan mekar ( terjadi florasi ). Bila selama pertumbuhan bunga banyak hujan, akan dijumpai banyak kuping lawa. Karena Bractae ( daun pelindung ) tumbuh lebih fors. Sebaliknya bila lama tidak ada hujan, kuncup – kuncup bunga yang berwarna putih itu akan berubah menjadi ros, dan akhirnya kering. Bunga – bunga itu dapat juga mekar oleh embun, tetapi bunga embun ini akanmenghasilkan biji – biji kecil dan banyak kopi laki ( pea bearry ).
c. Pengaruh hujan terhadap persarian dan fertilisasi
Persarian bunga kopi terjadi terutama oleh angin, maka kondisi cuaca pada saat – saat florasi bersifat sangat kritis lebih – lebih bagi kopi Robusta yang menyerbuk silang. Bunga kopi mekar antara pukul 4 – 6 pagi, dan nampaknya hanya reseptif selama satu hari. Bagi jenis – jenis kopi penyerbuk silang seperti Robusta tersebut, proses persarian itu kebanyakan baru mulai menjelang 8 pagi yaitu setelah cukup angin. Oleh karena itu, hujan pagi berakibat fatal bagi persarian. Bagi suksesnya persarian dan fertilisasi diperlukan cuaca baik selama sehari semalam.
d. Pengaruh hujan terhadap pertumbuhan buah
Tipe curah hujan berpengaruh terhadap pertumbuhan buah yang nampak pada perbedaan besar biji dan rendemen. Sampai batas – batas tertentu, biji akan semakin besar jika iklim semakin agak kering. Tetapi selewat batas tersebut biji akan menjadi kecil karena kekurangan air. Di daerah basah, cuaca sering mendung sehingga fotosintesa kurang. Akibatnya pertumbuhan biji terhambat. Rendemen juga mengikuti korelasi tersebut meskipun nampaknya lebih persisten.
e. Pengaruh hujan terhadap distribusi panen
Tipe curah hujan mempunyai pengaruh terhadap distribusi panen dalam setahun. Di daerah – daerah basah, periode panen berlangsung lebih lama dari pada di daerah yang lebih kering. Akibatnya, produksi harian maksimum di daerah kering adalah lebih tinggi dari pada di daerah basah. Di daerah basah (tipe hujan B) produksi harian maksimum berada sekitar 2% dari produksi total setahun. Sedangkan didaerah kering (tipe curah hujan C) bias mencapai 3% atau lebih.