Pages

Selasa, 30 Juni 2009

PROSES PRODUKSI KOPI BUBUK

Penyangraian

Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Proses ini merupakan tahapan pembentukan aroma dan citarasa khas kopi dari dalam biji kopi dengan perlakuan panas. Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa organik calon pembentuk citarasa dan aroma khas kopi. Waktu sangai ditentukan atas dasar warna biji kopi sangrai atau sering disebut derajad sangrai. Makin lama waktu sangrai, warna biji kopi sangrai mendekati cokelat tua kehitaman.

Tingkat penyangraian dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu ringan ( light ), medium dan gelap ( dark ). Secara laboratoris tingkat kecerahan warna biji kopi sangrai diukur dengan pembeda warna lovibond. Biji kopi beras sebelum disangrai mempunyai warna permukaan kehijauanyang bersifat memantulkan sinar sehingga nilai Lovibondnya ( L ) berkisar antara 60 – 65. Pada penyangraian ringan ( Light ), sebagian warna permukaan biji kopi berubah kecoklatan dan nilai L turun menjadi 44 – 45. Jika proses penyangraian dilanjutkan pada tingkat medium, maka nilai L biji kopi makin berkurang secara signifikan kekisaran 38 – 40. Pada penyangraian gelap, warna biji kopi sangrai makin mendekati hitam karena senyawa hidrokarbon terpirolisis menjadi unsur karbon. Sedangkan senyawa gula mengalami proses karamelisasi dan akhirnya nilai L biji kopi sangrai tinggal 34 – 35. Kisaran suhu sangrai untuk tingkat sangrai ringan adalah antara 190 – 195 oC, sedangkan untuk tingkat sangrai medium adalah sedikit diatas 200 oC. Untuk tingkat sangrai gelap adalah diatas 205 oC.

Pendinginan Biji Sangrai

Setelah proses sangrai selesai, biji kopi harus segera didinginkan didalam bak pendingin. Pendinginan yang kurang cepat dapat menyebabkan proses penyangraian berlanjut dan biji kopi menjadi gosong ( over roasted ). Pendiginan dilakukan dengan melewatkan udara lingkungan dengan laju aliran 600 m3 per jam kedalam massa biji kopi. Selam pendinginan biji kopi diaduk secara manual agar proses pendinginan lebih cepat dan merata. Selain itu, proses ini juga berfungsi untuk memisahkan sisa kulit ari yang terlepas dari biji kopi saat proses sangrai.

Penghalusan Biji Kopi Sangrai

Biji kopi sangrai dihaluskan dengan mesin penghalus sampai diperoleh butiran kopi bubuk dengan ukuran tertentu. Butiran kopi bubuk mempunyai luas permukaan yang relatif besar dibandingkan jika dalam keadaan utuh. Dengan demikian, senyawa pembentuk citarasa dan senyawa penyegar mudah larut kedalam air penyeduh.

Perubahan Kimiawi Biji Kopi Sangrai

Salah satu perubahan kimiawi biji kopi selama penyangraian dapat dimonitor dengan perubahan nilai pH. Biji kopi secara alami mengandung berbagai jenis senyawa volatil seperti aldehida, furfural, keton, alkohol, ester, asam format, dan asam asetat yang mempunyai sifat mudah menguap. Makin lama dan makin tinggi suhu penyangraian, jumlah ion H+ bebas didalam seduhan makin berkurang secara signifikan.

Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa calon pembentuk citarasa dan aroma khas kopi antara lain asam amino dan gula. Selam penyangraian beberapa senyawa gula akan terkaramelisasi menimbulkan aroma khas. Senyawa yang menyebabkan rasa sepat atau rasa asam seperti tanin dan asam asetat akan hilang dan sebagian lainnya akan bereaksi dengan asam amino membentuk senyawa melancidin yang memberikan warna cokelat.

Rendemen Kopi Bubuk

Rendemen adalah perbandingan antara berat kopi bubuk dibandingkan berat kopi beras. Selam penyangraian, berat biji kopi menyusut karena penguapan air dan senyawa – senyawa volatil serta pelepasan kulit ari. Bersamaan dengan penguapan air, beberapa senyawa volatil yang terkandung didalam biji kopi seperti aldehid, furfural, keton, alkohol dan ester ikut teruapkan. Biji kopi mengembang ( swelling ) dan berpori – pori.

Penurunan berat biji kopi selama penyangraian menyebabkan nilai rendemen berkurang sesuai dengan derajad sangrainya. Nilai rendemen tertinggi yaitu 81 % diperoleh pada derajad sangrai ringan dan terendah yaitu 76 % dengan derajad sangrai gelap. Selain karena proses sangrai, susut berat juga terjadi selama proses penghalusan karena partikel bubuk yang sangat halus terbang kelingkungan akibat gaya sentrifugal putaran pemukul mesin penghalus.

Sarana Penunjang

Sarana penunjang yang diperlukan yaitu untuk proses pengemasan, sarana laboratorium untuk uji kualitas bahan baku dan mutu kopi bubuk dan sarana penunjang lain seperti generator listrik sebagai sumber listrik tambahan saat sumber listrik PLN padam dan sarana angkut bahan baku dan bahan jadi serta sebuah sepeda motor untuk keperluan tugas luar.

Bahan Pembantu

Bahan pembantu utama yang digunakan adalah kemasan. Tujuan pengemasan adalah untuk mempertahankan aroma dan citarasa kopi bubuk selama diangkut, didistribusikan kekonsumen dan selama dijajakan ditoko, dipasar dan ditoko swalayan dan selama disimpan oleh pemakai. Jika tidak dikemas secara baik, kesegaran, aroma dan citarasa kopi bubuk akan berkurang secara signifikan setelah satu atau dua minggu.

Beberapa jenis kemasan yang umum adalah plastik transparan, aluminum foil, metal dan gelas. Masing – masing kemasan tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan baik dari aspek daya simpan, kepraktisan penggunaan dan harga. Selain keawetan, tampilan kemasan juga harus mampu menarik perhatian pembeli kopi bubuk.

Sumber :

Mulato, Sri. 2002. Simposium Kopi 2002 dengan tema Mewujudkan perkopian Nasional Yang Tangguh melalui Diversifikasi Usaha Berwawasan Lingkungan dalam Pengembangan Industri Kopi Bubuk Skala Kecil Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Usaha Tani Kopi Rakyat. Denpasar : 16 – 17 Oktober 2002. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.

Sabtu, 20 Juni 2009

Gulma pada Tanaman Kopi

Gulma adalah tanaman yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki dan umumnya merugikan manusia ( belum diketahui manfaatnya ). Pada umumnya tumbuhan yang lebih lazim disebut sebagai gulma cenderung mempunyai sifat – sifat atau cirri khas tertentu yang memungkinkannya untuk mudah menyebar luas dan mampu menimbulkam kerugian dan gangguan.

Ada bermacam – macam penggolongan gulma , antara lain :

1. Berdasarkan morfologinya

• Grasses ( rumput – rumputan ) yang masuk famili graminae, untuk gulma di perkebunan misalnya :
a. Alang – alang ( Imperata cylindrica )
b. Pahitan ( Paspalum conjugatum )
c. Jambe – jambean ( Setaria plicata )

• Sedges ( sejenis teki, termasuk famili Cyperaseae ) mirip dengan golongan rerumputan, bedanya batangnya berbentuk segitiga, contoh di perkebunan :
a. Teki udel ( Cyperus kyllinga )
b. Teki ( Cyperus rotundus )

• Broad leaf ( daun lebar ), contoh di perkebunan :
a. Mekania ( Mikania sp.)
b. Putri malu ( Mimosa sp.)
c. Wedusan ( Ageratum conyzoides )

• Paku – pakuan ( Pakis ), contoh di perkebunan :
a. Pakis kadal ( Cyclosorus aridus )
b. Pakis kawat ( Gleichenia linearis )
c. Krakat / picissan ( Drymoglossum piloselloides )

2. Berdasarkan umur gulma

Annual weed ( umurnya <> 1 th, maksimum 2 th ). Tahun pertama umumnya tumbuh kearah vegetatif dan tahun kedua kea rah generatif, setelah itu mati.
Parennial ( tahuan, hidup > 2 th ), dapat berkembang biak secara vegetatif dan generatif yang dibedakan atas :
a. Gulma tahunan sederhana, berkembang biak dengan biji dan secara vegetatif jika akar tajuknya dilukai.
b. Gulma tahunan menjalar, berkembang biak dengan akar yang menjalar baik yang tumbuh diatas tanah ( stolon ), maupun yang ada di dalam tanah ( rhizoma ). Golongan ini paling sulit dikendalikan.

Ciri – ciri tanaman yang menjadi gulma ;
• Pertumbuhan cepat
• Mempunyai daya saing yang kuat dalam prebutan factor – factor kebutuhan hidup.
• Mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim.
• Mempunyai daya berkembang biak yang besar baik secara generatif maupun vegetatif atau kedua – duanya.
• Alat perkembangbiakannya mudah tersebar melalui angina, air maupun binatang.
• Biasanya mempunyai sifat dormansi yang memungkinkan untuk bertahan hidup dalam kondisi yang tidak menguntungkan.

Beberapa Macam Pengendalian Gulma
1. Mekanis
Dilakukan dengan tenaga manusia yang dibantu dengan alat – alat pertanian seperti sabit, garpu, parang dsb. Biasanya dilakukan pada daerah yang cukup tenaga manusianya atau pada lahan yang relative datar.

1) Pendongkelan
Keuntungannya :
• Dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah.
• Sudah dikerjakan dan tidak tidak membutuhkan keahlian khusus.
• Pada keadaan tertentu biaya lebih murah
Kerugiannya :
• Pada tanah miring akan memperbesar erosi.
• Dalam waktu yang lama akan terjadi cekungan tanah disekitar tanaman sehingga terjadi genangan air pada musim hujan.
• Jika kurang hati – hati akan merusak tanaman.

2) Kesrik pendem
Yaitu menyiang dengan cara mencangkul gulma sehingga perakaran gulma yang dangkal ikut terpotong ( tercabut ), kemudian seresah gulma tersebut dibenam diujung daerah feeder root sehingga menjadi humus yang dapat memperbaiki struktur tanah.

3) Jombret ( slashing )
Yaitu penyiangan tanpa mengganggu akar gulma dengan tujuan membuang bagian vegetatif dan generatif gulma yang berada diatas tanah.

Keuntungannya :
• Menghasilkan bahan mulsa untuk tanaman pokok.
• Tidak menambah erosi.
• Mudah dikerjakan dan tidak membutuhkan keahlian yang tinggi.
• Pada keadaan tertentu biaya lebih murah.

Kerugiannya :
• Harus dilakukan berulang – ulang jika pertumbuhan gulma cepat.
• Merangsang akar untuk menyerap unsure hara dari tanah menjadi lebih banyak.

2. Kultur Teknis
Metode yang dapat menekan pertumbuhan gulma adalah :
• Mengatur jarak tanam tanaman pokok.
• Menutup permukaan tanah sekitar tanaman pokok dengan seresah atau mulsa.
• Menanam tanaman penaung.

3. Biologis
Dengan menggunakan musuh alami tertentu ( berupa serangga atau jamur ) yang menyerang gulma tertentu. Sampai dengan saat ini belum diterapkan di Indonesia.

4. Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan bahan – bahan kimiawi yang disebut herbisida.

Keuntungan :
• Tidak memerlukan banyak tenaga manusia.
• Kerusakan pada tanaman pokok dapat dihindari.
• Erosi tanah dapat diminimalisir.
• Waktu yang diperlukan lebih singkat.
• Cekungan – cekungan tanah disekitar tanaman dapat dihindari.

Kerugian :
• Biaya pengendalian tergantung dari harga herbisida ( relative lebih mahal ).
• Diperlukan tenaga skill.
• Menggunakan alat – alat khusus yang relative lebih mahal.
• Jika tidak hati – hati dapat merusak tanaman pokok dan meracuni manusia, binatang ternak serta lingkungan.
• Pemakaian terus – menerus dalam jangka panjang dapat mengeraskan tanah.

Sumber : Bastari,D Husni. 1997. Pedoman Pengelolaan Budidaya Kopi Arabika. Surabaya : PTPN XII ( Persero )

Selasa, 16 Juni 2009

Kopi Rakyat Berstandard Internasional


Kemarin, tanggal 9 Juni 2009, saya membaca berita di surat kabar Radar Jember yang menurut saya cukup bagus dan cukup membanggakan. Yaitu tentang meningkatnya mutu kopi rakyat apalagi berstandard internasional. Karena, apabila kita berbicara tentang kopi rakyat, tentunya yang ada dibenak kita dan kebanyakan orang adalah bahwa kopi rakyat kualitasnya rendah. Namun, lain halnya dengan kopi rakyat milik petani kopi didusun krajan desa Sidomulyo kecamatan Silo Jember, mendapat apresiasi posotif dari CABI ( Centre For Agriculture and Biosciences Internasional ) Kenya dan Papua Nugini.

Lembaga non profit tersebut menilai, kualitas kopi rakyat produksi petani sudah memenuhi standard Internasional. CABI diwakili oleh Dr. George I Oduor, sedangkan Papua Nugini diwakili oleh Martin Kimani.

Menurut Ir. Soekadar Wiryadiputra dari Puslit KOKA Kaliwining, kecamatan Rambipuji bahwa dibawah binaan Puslit KOKA Kaliwining, pengelolaan kopi robusta di Silo sudah memenuhi standard Internasional mulai dari teknik menanam sampai pemasaran.

Petani kopi rakyat tersebut telah menerapkan standarisasi teknologi dalam pemeliharaan tanaman, pengelolaan hingga pemasaran. Penilaian kopi tersebut dilihat dari serangan hama penggereknya. Karena jika banyak penggerek, kopi banyak yang gabuk.

Namun demikian, petani masih belum bisa menjual produksi kopi sendiri. Rakyat masih bergantung pada PT. Indocom yang selama ini menampung hasil kopi rakyat untuk diekspor. Maka dari itu, petani kopi rakyat berharap ingin bisa menjual produksi kopinya sendiri agar bisa mendapatkan keuntungan yang lebih. Karena selama ini para petani hanya menyerahkan hasil produksi kepada PT. Indocom tanpa tahu perkembangan harga kopi di pasaran.

sumber : Radar Jember, Selasa 9 Juni 2009. hal 29

Senin, 15 Juni 2009

SYAIR KOPI



Kopi...Hitam warnanya...pahit rasanya..KOPI TUBRUK namanya...

Kopi...Minum kopi dicampur susu..KOPI SUSU namanya...

Kopi...Minum kopi sambil dengerin music dangdut...KOPI DANGDUT namanya..

Kopi...Kalau makan di emut..PERMEN KOPI namanya...

Kopi...Pelajar yang mempelajari tantang budidaya kopi..MAHASISWA D4 KOPI POLIJE namanya..

Jumat, 05 Juni 2009

HAMA PENTING TANAMAN KOPI

Hama Bubuk Buah Kopi ( Hypothenemus hampei )

Gejala Serangan
Imago bubuk buah kopi masuk ke buah kopi melalui diskus, kemudian ke endosperma. Serangan pada buah - buah muda hanya untuk keperluan makan bagi imago yang dapat menyebabkan buah gugur dan busuk. Serangan pada saat buah mulai mengeras selain menggerek buah dan memakan biji kopi, bubuk buah juga berkembang biak didalam biji. Sehingga biji menjadi berlubang - lubang, cacat dan busuk.
Biologi Dan Cara Hidup
Bubuk buah kopi merupakan kumbang kecil berwarna gelap hampir hitam. Daur hidupnya menunjukkan keragaman yang cukup besar tergantung daerah dimana ia hidup. Stadia imago betina sekitar 67 hari. Jumlah telur yang dihasilkan 37 butir. Stadia telur 5 hari, stadia larva 10 - 26 hari, stadia prepupa 2 hari, stadia pupa 5 - 11 hari, stadia pra kawin 2 - 3 hari, stadia pra oviposisi 4 - 14 hari, sehingga dalam satu generasi 25 - 35 hari. Imago biasanya muncul dan terbang dari buah ke buah antara jam 16.00 - 18.00 untuk makan galleries pada buah, terutama pada buah yang telah masak. Kemampuan terbang imago sekitar 350 m.
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi
~ Persediaan buah yang terus menerus memungkinkan perkembangan bubuk buah kopi secara berkesinambungan dari generasi ke generasi.
~ Naungan yang terlalu lebat mengakibatkan kelembaban tinggi
~ Tanaman inang : Tephrosia sp, Centrosema sp, Oxicanthus sp.
Nematoda Pratylenchus coffeae
Gejala Serangan
Akar yang terserang menjadi rusak, berwarna coklat membentuk luka. Akhirnya, luka menjadi luas sehingga seluruh akar serabut yang ada menjadi busuk. Tanaman menjadi tidak mampu menyerap unsur hara dan air terutama pada musim kering. Tanaman tampak kerdil, pertumbuhan terhambat, ukuran daun dan cabang primer kecil, daun tua menjadi kuning secara perlahan - lahan dan akhirnya mati. Umumnya serangan selalu diikuti oleh serangan kutu putih akar yang diselimuti jamur dari Diancanthodes sp. Daun tanaman yang terserang ada kecenderungan menunjukkan kekurangan unsur N dan Zn.
Biologi dan Cara Hidup
Bertelur didalam jaringan akar, Pergantian kulit pertama terjadi dalam telur dan tiga kali pergantian kulit berikutnya terjadi diluar telur ( setelah menetas ). Masa telur 15 - 17 hari, 3 kali ganti kulit. Masa pra oviposisi 15 hari, sehingga masa satu generasi 45 - 48 hari.
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi
~ Tergantung dari curah hujan dan temperatur tanah
~ Puncak populasi umumnya terjadi pada musim hujan saat tanah dalam keadaan lembab
~ Populasi menurun saat musim kemarau
~ Penyebarannya disebabkan oleh pergerakan secara pasif
~ Tanman inang : Tephrosia, Setaria Plicata, Glyricidia sp.
Kutu Putih
Gejala serangan
Tunas bunga, bunga, dan buah muda yang terserang akan mengering dan gugur. Buah - buah yabg sudah dewasa dan masak tidak gugur tetapi akan mengalami hambatan pertumbuhan sehingga berkerut dan masak sebelum waktunya.
Biologi dan Cara Hidup
Imago betina mampu bertelur 200 - 400 butir. Masa telur 3 - 4 hari, masa nimfa 44 - 52 hari terdiri dari betina 4 instar dan jantan 3 instar, sehungga lama satu generasi 48 - 57 hari.
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi
Pemencaran secara cepat dibantu oleh semut gramang dan angin. Peningkatan pupolasi dipengaruhi ileh kelembaban relatif pada siang hari berada dibawah 70 %. Tanman inang utama P.citri didataran rendah sekitar 600 m dpl adalah tanaman kopi, sedangkan diatas 600 m dpl adalah tanman lamtoro. Inag lainnya adalah Tephrosia sp, Desmodium sp, Calopogonium mucunoides, teh, kina, kakao, jeruk, anona, eugeni, solanum.
Coccus viridis ( Kutu Hijau )

Nama umum : Kutu hijau

Klasifikasi dan Morfologi  
 Serangga ini tergolong famili Cocidae adalah Coccus viridis ( green ) atau nama sinonimnya Lecanium viridae. Serangga ini kutu sisik hijau lunak atau kutu sisik hijau kopi. Hama ini merupakan pemakan segala tanaman ( poilfag ) dan tersebar didaerah tropis dan subtropis, diantaranya Indonesia terutama didataran rendah dan udara kering. Kutu sisik hijau kopi berbentuk bulat dan datar. Panjang tubuhnya ± 3 – 5 mm. Kutu yang hidup pada tunas muda badannya lebih besar dan lebih cembung daripada yang hidup pada daun. Sementara itu, kutu yang hidup pada tanaman kurus biasanya berukuran kecil.

Tanaman inang  
Kopi, jeruk, teh, mangga, jambu, biji, jambu air, dan cengkeh.
 
Siklus hidup  
Kutu hijau ini ovivipar. Telur yang dihasilkan diletakkan dibawah betinanya. Setelah beberapa jam kemudian, telur akan menetas. Jumlah telur bisa mencapai 500 butir. Setelah menetas nimfa tetap tinggal beberapa dibawah badan induknya. Selanjutnya nimfa menetap dibawah permukaan daun, tunas, dan buah. Sesudah mulai bertelur, kutu betina tetap tinggal di tempat sampai mati. Perkembangan dari telur didataran rendah ± 45 hari, sedangkan didaerah lebih sejuk sekurang – kurangnya 65 hari. Walaupun yang menetas banyak, nimfa yang dapat terus hidup tidak banyak. Kutu jantan jarang atau tidak ada sehingga reproduksinya dilakukan secara parthenogenesis. Kutu hijau ini selalu dikunjungi semut yang dapat melindunginya dari predator. Dengan perlindungan semut tertentu, perkembangannya lebih pesat. Kutu akan mencapai jumlah yang terbanyak pada akhir musim kering. Julahnya akan berkurang saat mulai musim hujan karena timbulnya cendawan patogen.

Gejala kerusakan 
 Tanaman menjadi lemah dan pertumbuhannya terhambat karena kutu ini menghisap cairan tanaman. Kutu ini mengeluarkan embun madu. Akibatnya adalah timbulnya cendawan jelaga yang akan menutup daun dan buah kopi, sehingga akan mempengaruhi proses asimilasi. 
 
Musuh alami 
 Lembing dari genus Chilocorus merupakan predator yang penting. Beberapa jenis tabuhan Hymenoptera menjadi parasit kutu sisik hijau ini. Selain itu, musuh alami yang lain adalah cendawan parasit yaitu Cephalosporium lecanii. Cendawan ini efektif pada waktu musim hujan. Cendawan ini akan membunuh koloni kutu sisik hijau dalam waktu yang singkat. Cendawan berwarna putih ini akan menyelimuti kutu sisik. Cendawan lain yaitu, Entomopththora sp. Akan menyebabkan kutu menjadi hitam, merah orange atau cokelat tua. 

Cara pengendalian 
  Pengendalian dilakukan dengan memusnahkan bagian tanaman yang terserang serta menyemprotkan insektisida yang bersifat kontak. Kutu sisik hijau ini berhubungan erat dengan semut, sehingga sebaiknya semut juga ikut disemprot pestisida Diazinon, Malathion, dan sebagainya agar semutnya berkurang. 

Pseudococcus citri Rissio ( Kutu dompolan putih )

Nama umum : Kutu dompolan putih

Klasifikasi dan morfologi
 Serangga ini termasuk dalam famili Pseudococcidae, biasanya hama ini terdapat pada tanaman jeruk, kopi dan lain – lain. Serangga ini polfag ( pemakan segala tanaman ) dan tersebar luas didaerah tropis dan subtropis. Kutu ini ada yang hidup diatas tanah dan ada yang diakar. Hama yang diatas menyerang tunas, daun, buah, tangkai bunga, tangkai buah, batang dan lain – lain. Serangga ini berbentuk ellips dengan panjang sekitar 3 mm. Sementara itu, hama jantan panjangnya ± 1 – 1,5 mm. Warna kutu ini cokelat kekuningan sampai merah orange. Hama ini tertutup dengan massa putih, seperti lilin yang bertepung. Di sepanjang tepi badannya terdapat benang ( serabut ) seperti lilin yang jumlahnya 14 – 18 pasang. Ukuran benang terpanjang terdapat pada bagian belakang (pantat). Telur berwarna kuning terbungkus dalam jaringan seperti lilin yang longgar. Nimfa yang muda berwarna kuning orange ( amber ).

Tanaman inang
 Jeruk, kopi, srikaya dan lain – lain.

Siklus hidup
 Kutu betina bertelur sampai 300 – 500 butir. Telur akan menetas setelah 6 – 20 hari. Kutu yang muda mengisap cairan buah, daun, atau ditempat yang menempelnya. Gerakannya lambat, untuk pertumbuhannya sampai sempurna hama ini memerlukan waktu 1 – 4 bulan. Kutu jantan mempunyai 2 sayap, sedangkan betina tidak bersayap selama hidupnya. Dalam satu tahun dilahirkan 2 – 4 generasi kutu. Kutu dompolan putih ini bias menularkan penyakit akibat virus.

Gejala kerusakan
 Kuncup bunga dan buah yang diserang menjadi kering, karena kehabisan cairan. Buah tua yang diserang akan menimbulkan salah bentuk pada buah sehingga kualitasnya menurun.
 
Musuh alami
 Coccopaghus gurneyi compere dan Tetracnemus pretiosus timberlake. Selain itu, beberapa jenis lembing yang berfungsi sebagai predator diantaranya Cryptolaemus montrouzieri Muls dan Scymnus apiciflavus Mits.


Cara pengendalian
 Pengendalian dilakukan dengan memusnahkan bagian tanaman yang terserang, serta menyemprotkan insektisida yang bersifat racun kontak. Hama dapat disemprot dengan anthio 33 EC, Azodrin 60 WSC, Sevin 85 S, Perfekthion dan lain – lain.



sumber :
Bastari, D Husni. 1997. Pedoman Pengelolaan Kopi Arabika. Surabaya : PTPN XII
Pracaya. 2007. Hama Dan Penyakit Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya

Tjahjadi, Nur. 1989. Hama Dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta : Kanisius